Wahai…Ibu, aku tahu selama ini hidupmu telah banyak terbebani oleh keberadaanku. Sejak kecil kau rawat diri ini tanpa pernah kau mengeluh, meski terkadang air kencing dan kotoranku menodai pakaian atau bahkan tubuhmu.
Tidak jarang waktu istirahatmu harus banyak terbuang, hanya gara-gara aku merengek. Di saat orang lain terlelap dalam dinginnya malam, kau berjuang melawan kantuk dan lelah berusaha menenangkan diri ini dari tangisan yang tak pernah kompromi.
Ibu… meski payah, kau suapi aku tatkala aku lapar dank au susui aku ketika aku haus. Itu semua kau lakukan dengan penuh kesabaran.
Ibu… pada saat aku akan berangkat ke sekolah, kaulah orang pertama yang memeluk diri ini dengan kasih saying. Begitu pula waktu aku tiba, kaulah makhluk menerima dn melayaniku. Bahkan sewaktu aku pergi ke pesantren di rantau, kaulah satu-satunya orang melepas diri ini dengan tangisan pilu. Jika engkau memiliki sesuatu, maka akulah orang pertama yang selalu kau ingat dan kalau kau dapati musibah, maka aku harus menjadi yang terganggu.
Ibu… kasih sayang tak pernah keberhinggaan.
Ayah…walaupun kasih sayangmu tak sekuat ibu, tetapi bagi diriku engkau adalah pahlawan yang selalu berjuang menyambung tali hidupku. Permintaanku tak pernah kau tolak, tuntutanku selalu kau iyakan, meskipun kerapkali daya yang kau miliki tak sebesar permintaan dan tuntutanku itu.
Ayah…kau hidupi keluarga dengan penuh ketabahan dan bahkan kau cukupi kebutuhanku walau kau harus membanting tulang, memeras keringat. Kau jalani segala cara, meskipun harus kepanasan atau kehujanan demi menutupi jeritan keluarga.
Ayah… kaulah pahlawan keluargaku.
Tuhan… ampuni dosa-dosa mereka berdua, hapuskanlah berbagai macam musibah untuk keduanya dalam buku takdir dan hiasi hidup keduanya dengan senyum kebahagian.
Tuhan…jadikalah aku bagian dari sesuatu yang menyebabkan mereka berdua tersenyum gembira dan tutuplah usia mereka tanpa menangisi diriku.
Tidak jarang waktu istirahatmu harus banyak terbuang, hanya gara-gara aku merengek. Di saat orang lain terlelap dalam dinginnya malam, kau berjuang melawan kantuk dan lelah berusaha menenangkan diri ini dari tangisan yang tak pernah kompromi.
Ibu… meski payah, kau suapi aku tatkala aku lapar dank au susui aku ketika aku haus. Itu semua kau lakukan dengan penuh kesabaran.
Ibu… pada saat aku akan berangkat ke sekolah, kaulah orang pertama yang memeluk diri ini dengan kasih saying. Begitu pula waktu aku tiba, kaulah makhluk menerima dn melayaniku. Bahkan sewaktu aku pergi ke pesantren di rantau, kaulah satu-satunya orang melepas diri ini dengan tangisan pilu. Jika engkau memiliki sesuatu, maka akulah orang pertama yang selalu kau ingat dan kalau kau dapati musibah, maka aku harus menjadi yang terganggu.
Ibu… kasih sayang tak pernah keberhinggaan.
Ayah…walaupun kasih sayangmu tak sekuat ibu, tetapi bagi diriku engkau adalah pahlawan yang selalu berjuang menyambung tali hidupku. Permintaanku tak pernah kau tolak, tuntutanku selalu kau iyakan, meskipun kerapkali daya yang kau miliki tak sebesar permintaan dan tuntutanku itu.
Ayah…kau hidupi keluarga dengan penuh ketabahan dan bahkan kau cukupi kebutuhanku walau kau harus membanting tulang, memeras keringat. Kau jalani segala cara, meskipun harus kepanasan atau kehujanan demi menutupi jeritan keluarga.
Ayah… kaulah pahlawan keluargaku.
Tuhan… ampuni dosa-dosa mereka berdua, hapuskanlah berbagai macam musibah untuk keduanya dalam buku takdir dan hiasi hidup keduanya dengan senyum kebahagian.
Tuhan…jadikalah aku bagian dari sesuatu yang menyebabkan mereka berdua tersenyum gembira dan tutuplah usia mereka tanpa menangisi diriku.


